Jasad Dikubur Puluhan Tahun Tetap Masih utuh
Keluarga Mbok Raki (Foto: Tritus Julian/sindo 'keluarga almarhum')
BUKTI kekuasaan Ilahi, jika orang mampu mengahafal seluruh isi Al-Quran, jasadnya akan utuh meski puluhan tahun dikubur Keluarga Mbok Raki, tampak bangga, meski baru saja kuburan ibu dan nenek mereka itu baru saja longsor. Kebanggan mereka itu tercermin dari cerita masa lalu Mbok Raki, yang
keluar dari mulut para penerusnya itu.
Setidaknya, cerita tentang kebaikan Mbok Raki itu keluar dari mulut Ponijah, salah satu anaknya yang masih hidup. Ibu delapan anak ini menuturkan bagimana ibunda tercintanya itu menjalani hidup hingga akhir hayatnya. Dia menceritakan sosok Mbok Raki yang sangat tabah menjalani hidup, dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, sementara harus menanggung beban empat anaknya.
Ketabahan Mbok Raki juga diuji saat ia harus mengasuh empat putranya itu sendirian, lantaran sang suami, Maridin, lebih dulu berpulang kepangkuan illahi. �Emak ditinggal bapak meninggal dunia saat kami masih kecil. Sehingga beliau dengan susah payah untuk membesarkan kami,� ungkap Ponijah, yang didampingi saudara kandungnya, Karsih di rumahnya, Dusun Bangunrejo Desa Gondek Kecamatan Mojowarno, Jombang, Jawa Timur, kemarin.
Karena harus banting tulang sendirian itulah Mbok Raki harus rela menjalani hidup yang serba kekurangan. Bahkan menurut Ponijah, ibu kandungnya tersebut terbiasa tak makan dalam sehari. Hanya secuil ubi ketela yang menjadi ganjalan isi perutnya.
�Karena kami memang tak punya. Dan saking seringnya kami kekurangan makan, Mbok Raki memilihb untuk puasa secara rutin hari Senin dan Kamis,� kenangnya dengan mata berlinang mengenang ibundanya yang meninggal tahun 1980 lalu. Tak hanya kekuranagn makan saja, Mbok Raki juga harus rela berteduk di rumah gedeg yang beratap daun bambu ukuran kecil miliknya itu. Tak jarang, Mbok Raki harus menidurkan putra-putrinya di kolong meja saat hujan turun.
�Rumah kami bocor kalau hujan. Terpaksa kami tidur di kolong meja. Sementara Mbok Raki memilih tidur disebelah kami,� kenangnya. Dengan penghasilan yang jauh dari cukup, Mbok Raki masih saja berpikir tentang pendidikan untuk empat anaknya itu.
Kendati tak sampai jenjang pendidikan yang tinggi, keempat anaknya tersebut sempat mengenyam pendidikan tingkat dasar. �Mbok Raki berpesan, agar anak-anaknya bisa membaca dan menulis. Tidak seperti dia yang sama sekali tak pernah duduk dibangku sekolah,� kenang Karsih lagi.
Meski masalah ekonomi yang melilit keluarga Mbok Raki ini, tak lantas membuatnya lupa dengan kewajibannya sebagai pemeluk agama Islam. Kegiatan ngaji dan kumpulan jamaah tarekat tak pernah ia tinggalkan. Meski harus berjalan puluhan kilo meter menuju jamaah berkumpul di ponpes Rejoso itu. Bahkan hal serupa juga ia ajarkan kepada anak-anaknya. �Jalan kaki, dan biasanya berangkat ngaji sambil membawa makanan seadanya,� timpal Karsih, salah satu anaknya lagi.
Patuhnya Mbok Raki yang saat itu tinggal di Dusun Bangunrejo Desa Gondek Kec Mojowarno ini juga ditampakkan dalam kegiatan ibadah di desanya. Meski jauh dari tempat tinggalnya, Mbok Raki tetap saja melakukan salat jamaah di masjid. Tak langsung pulang, ia selalu menyempatkan untuk ngaji di masjid yang seakan menjadi rumah keduanya itu. Usai dari masjid, ia juga tak lantas meninggalkan aktivitas nganji malamnya dirumah. �Kalau anak-anak sudah tidur, Mbok Raki selalu ngaji sendirian. Dan beliau memang tabah dalam menjalani kehidupan yang serba kekerangan itu,� tutur Karsih, yang memiliki wajah mirip ibunya itu.
Bukan hanya soal ibadah dan mengurus keluarga saja yang patut dicontoh. Dalam keseharian, Mbok Raki menjadi warga yang peduli dengan lingkungannya. Meski dengan kondisi ekonomi yang memperihatinkan, ia tetap saja menyisihkan hartanya untuk beramal. Bahkan setiap anak kecil saat itu, akrab dengan Mbok Raki yang selalu memberikan uang jajan. �Memang tak banyak, Mbok Raki selalu menyisihkan uang Rp5 untuk anak-anak yang tak mampu. Padahal kami juga kekerangan,� timpal Karsih lagi.
Tak hanya itu, beberapa tetangga yang kesulitan makan juga kerap kali ditolong Mbok Raki. Hanya saja lanjut Karsih, ibunya memberikan sesuai dengan kemampuannya yang hanya mengandalkan uang dari seorang buruh tani itu. �Kalau ada tetangga yang butuh, Mbok Raki selalu tak menolak untuk memberikan bantuan. Dia takut jika tak bisa menolong,� katanya.
Mbok Raki juga terkenal dengan sosok yang memiliki kelebihan menyembuhkan beberapa penyakit ringan. Bahkan dilingkungannya, ia menjadi �dukun� spesialis mata dan tengorokan. Bagi warga yang matanya tertimpa butiran pasir atau hewan, tak perlu ke dokter, dan hanya selesai ditangan Mbok Raki. Selain itu, ia juga menjadi bisa menyembuhkan tenggorokan yang tersedak tulang ikan. �Meski sudah ratusan orang yang ditolong, tak satupun uang yang diberikan pasiennya diterima. Memang beliau memiliki jiwa yang penolong,� ungkap Karsih yang juga turut sangat meneteskan air matanya mengenang sang ibu.
Atas segala kebaikan ibunya itu, ia tak kaget jika jasad ibunya itu utuh meski sudah berumur 28 tahun. Ia yakin, jika utuhnya jasad sang ibu, tak luput dari kebaikannya semasa hidup. Selain karena hafal al-quran, jiwa penolong dan kesabarannya juga diwujudkan dengan jasad utuhnya itu.
Hingga diujung usianya yang mencapai 90 tahun itu, Mbok Raki sama sekali tak pernah merepotkan anak-anak dan cucunya. Meski diusianya yang lanjut, ia tetap bisa mandiri menjalani sisa hidupnya. �Saat itu hari Kamis malam. Mbok Raki sempat nyambel dan makan sendiri. Setelah itu tidur hingga hari Jumat siang. Dia meninggal dengan tenag, tanpa diketahui anak-anaknya,� ujar Karsih.
Ia bersyukur, atas ketabahan dan doa ibunya itu, seluruh putra-putri dan cucu-cicit Mbok Raki saat ini telah mendapati hidup yang lebih baik, tak seperti kondisi ekonomi Mbok Raki. �Alhamdulillah, kami semua hidup berkecukupan meski tak berlebihan. Semua berkat doa Mbok Raki yang tak henti-hentinya ditujukan ke kami,� ungkap Karsih bersyukur dan mengakiri cerita panjangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar